Ternyata saya salah!
Ba Fang Li, demikian nama si kakek china yang bekerja sebagai tukang becak di kota Tianjin tidak sama dan tidka bisa disamakan dengan tukang-tukang becak tua yang memenuhi pasar-pasar di pulau Jawa.
Dia seorang tukang becak yang Berbeda!
Ba, di usia senjanyamencurahkan seluruh kemampuan untuk berbuat derma. Dia mengayuh becak dari pagi sampai petang dalam segala cuaca bukan untuk memenuhi kebutuhan perutnya. Uang hasil usaha menarik becak, ia sumbangkan kepada panti asuhan yatim-piatu. Untuk urusan memenuhi rongga perut, Kakek tua renta ini rela mengais makanan sisa dari tempat sampah.
Bekerja keras, memberikan seluruh penghasilan kepada orang lain yang tidak dikenal dan bertahan hidup dari sisa makanan sampah!
Sebuah kenyataan yang tidak pernah sekalipun terlintas di benak saya…
Pada tahun 2001, Ba Fang li yang sangat renta karena usianya sudah melewati angka 90, datang ke panti asuhan tempat ia biasa menyerahkan sedekah. Kakek tua china tersebut menyerahkan uang sebanyak 500 Yuan, sekitar Rp. 675.000,- sebagia donasi terakhirnya. Ba sudah sangat tua dan tidak mampu lagi mengayuh becak.
Tahun 2005 lalu, kakek tua penarik becak menutup mata untuk selamanya. Setelah dijumlahkan seluruh sumbangan yang pernah diserahkan ke panti asuhan, Ba Fang Li tercatat menyumbang sebanyak 350.000 Yuan, sekitar Rp. 472,500,000,-
Angka yang mendekati setengah Milyar Rupiah bukan angka yang wah bagi sebuah corporate atau pengusaha kaya, tapi bagi seorang tukang becak uang sebesar itu masuk pada kategori Luar Biasa!
Saya sampai terdiam, bisa juga dikatakan bengong…
Seorang kakek tua dengan hanya menarik becak bisa menyumbang sebanyak hampir setengah Milyar Rupiah?
Perlahan sebuah perasaan malu menghampiri diri saya, dingin menusuk rongga dada. Saya masih muda, tenaga masih kuat, pekerjaan Alhamdulillah bisa dikatakan lebih terhormat jika dibandingkan penarik becak, tapi seberapa besar sumbangsih saya kepada sesama?
Ba Fang Li telah meruntuhkan kesombongan yang terkadang menyelimuti setiap perbuatan baik yang pernah saya lakukan, padahal kenyataanya semua yang telah saya lakukan tidka ada apa-apanya jika dibandingkan dengan pengorbanan seorang tukang becak china bernama Ba Fang Li.
Astagfirullah…
Saya teringat sabda Rasulullah SAW, ' Carilah ilmu sampai ke negri China'.
Kita patut bersyukur terlahir di Negara yang tanahnya mengandung segala macam sumber daya alam. Indonesia merupakan satu dari sedikit Negara yang dianugerahi kekayaan alam melimpah dari mulai bahan galian, hasil laut sampai pertanian. Meminjam istilah Koes Plus 'tanah Indonesia adalah tanah sorga, tongkat kayu ditanam jadi tanaman'. Lagu yang tenar di tahun delapan puluhan tersebut bukanhanya isapan jempol, kita bisa membuktikan sendiri dengan menancapkan sebatang kayu singkong.
Kekayaan yang melimpah ini sayangnya tidak kita pergunakan secara bijaksana. Kasus illegal logging sudah menjadi budaya yang merusak alam kita, belum lagi ditambah dengan penangkapan ikan dengan bahan peledak dan penambangan yang membabi-buta tanpa memperhatikan keamanan dan kelestariaan lingkungan sekitarnya. Kita menjadi bangsa yang hanya mementingkan keuntungan sesaat. Kita lupa, bahwa tanah air ini dan segala kekayaanya merupakan anugerah dari Sang Pencipta dan bagian dari warisan leluhur kita. Mereka mengorbankan harta, benda dan nyawa untuk mempertahankan tanah air ini.
Jika budaya keserakahan masih terus berlanjut di bumi nusantara ini, mari kita sama-sama menunggu datangnya rangkaian bencana. Bencana yang akan memusnahkan keturunan kita dari bumi tercinta ini. Bencana yang akan menghapus jejak sejarah yang telah ditoreh oleh para pendiri bangsa. Bencana yang yang hanya akan mengabadikan kita sebagai bangsa yang dikutuk oleh Tuhan.
Sebagaimana Allah menyinggung dalam Al-Qur'an surat Ar-Ruum ayat 41 yang artinya: "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, ………………………"
Sebagai orang tua tentunya kita menyayangi anak-cucu, berharap hidup mereka kelak lebih baik dari pada hidup kita sekarang. Oleh karena itu segala keburukan yang kita lakukan kepada alam sudah saatnya dihentikan. Alam tidak akan pernah tinggal diam. Jika tangan kita merusak alam maka alam akan juga merusak kehidupan kita dan kehidupan anak-cucu kita. Sebaliknya jika kita menyayangi alam niscaya alam akan mempersembahkan segala kebaikannya untuk kita nikmati dan akan terus dinikmati oleh keturunan kita.
Warisan bencana sudah saatnya kita ubah menjadi warisan anugerah. Keberadaan generasi akan datang tergantung pada apa yang kita perbuat sekarang. Kita dan apa yang kita lakukan memberi kontribusi kepada kehancuran atau kelestarian anak-cucu kita. Maka mulai saat sekarang kita berpikir untuk memberikan warisan yang bermanfaat bagi generasi setelah kita agar mereka juga kelak memikirkan generasi setelahnya.
Semoga kita menjadi manusia yang selalu memikirkan akibat dari perbuatan kita bagi generasi yang akan datang sehingga setiap kali muncul niat untuk melakukan keburukan dengan sendirinya akan tertutup oleh kesadaran kita akan pentingnya masa depan keturunan.
Pada tahun 2001, Ba Fang li yang sangat renta karena usianya sudah melewati angka 90, datang ke panti asuhan tempat ia biasa menyerahkan sedekah. Kakek tua china tersebut menyerahkan uang sebanyak 500 Yuan, sekitar Rp. 675.000,- sebagia donasi terakhirnya. Ba sudah sangat tua dan tidak mampu lagi mengayuh becak.
Tahun 2005 lalu, kakek tua penarik becak menutup mata untuk selamanya. Setelah dijumlahkan seluruh sumbangan yang pernah diserahkan ke panti asuhan, Ba Fang Li tercatat menyumbang sebanyak 350.000 Yuan, sekitar Rp. 472,500,000,-
Angka yang mendekati setengah Milyar Rupiah bukan angka yang wah bagi sebuah corporate atau pengusaha kaya, tapi bagi seorang tukang becak uang sebesar itu masuk pada kategori Luar Biasa!
Saya sampai terdiam, bisa juga dikatakan bengong…
Seorang kakek tua dengan hanya menarik becak bisa menyumbang sebanyak hampir setengah Milyar Rupiah?
Perlahan sebuah perasaan malu menghampiri diri saya, dingin menusuk rongga dada. Saya masih muda, tenaga masih kuat, pekerjaan Alhamdulillah bisa dikatakan lebih terhormat jika dibandingkan penarik becak, tapi seberapa besar sumbangsih saya kepada sesama?
Ba Fang Li telah meruntuhkan kesombongan yang terkadang menyelimuti setiap perbuatan baik yang pernah saya lakukan, padahal kenyataanya semua yang telah saya lakukan tidka ada apa-apanya jika dibandingkan dengan pengorbanan seorang tukang becak china bernama Ba Fang Li.
Astagfirullah…
Saya teringat sabda Rasulullah SAW, ' Carilah ilmu sampai ke negri China'.
Kita patut bersyukur terlahir di Negara yang tanahnya mengandung segala macam sumber daya alam. Indonesia merupakan satu dari sedikit Negara yang dianugerahi kekayaan alam melimpah dari mulai bahan galian, hasil laut sampai pertanian. Meminjam istilah Koes Plus 'tanah Indonesia adalah tanah sorga, tongkat kayu ditanam jadi tanaman'. Lagu yang tenar di tahun delapan puluhan tersebut bukanhanya isapan jempol, kita bisa membuktikan sendiri dengan menancapkan sebatang kayu singkong.
Kekayaan yang melimpah ini sayangnya tidak kita pergunakan secara bijaksana. Kasus illegal logging sudah menjadi budaya yang merusak alam kita, belum lagi ditambah dengan penangkapan ikan dengan bahan peledak dan penambangan yang membabi-buta tanpa memperhatikan keamanan dan kelestariaan lingkungan sekitarnya. Kita menjadi bangsa yang hanya mementingkan keuntungan sesaat. Kita lupa, bahwa tanah air ini dan segala kekayaanya merupakan anugerah dari Sang Pencipta dan bagian dari warisan leluhur kita. Mereka mengorbankan harta, benda dan nyawa untuk mempertahankan tanah air ini.
Jika budaya keserakahan masih terus berlanjut di bumi nusantara ini, mari kita sama-sama menunggu datangnya rangkaian bencana. Bencana yang akan memusnahkan keturunan kita dari bumi tercinta ini. Bencana yang akan menghapus jejak sejarah yang telah ditoreh oleh para pendiri bangsa. Bencana yang yang hanya akan mengabadikan kita sebagai bangsa yang dikutuk oleh Tuhan.
Sebagaimana Allah menyinggung dalam Al-Qur'an surat Ar-Ruum ayat 41 yang artinya: "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, ………………………"
Sebagai orang tua tentunya kita menyayangi anak-cucu, berharap hidup mereka kelak lebih baik dari pada hidup kita sekarang. Oleh karena itu segala keburukan yang kita lakukan kepada alam sudah saatnya dihentikan. Alam tidak akan pernah tinggal diam. Jika tangan kita merusak alam maka alam akan juga merusak kehidupan kita dan kehidupan anak-cucu kita. Sebaliknya jika kita menyayangi alam niscaya alam akan mempersembahkan segala kebaikannya untuk kita nikmati dan akan terus dinikmati oleh keturunan kita.
Warisan bencana sudah saatnya kita ubah menjadi warisan anugerah. Keberadaan generasi akan datang tergantung pada apa yang kita perbuat sekarang. Kita dan apa yang kita lakukan memberi kontribusi kepada kehancuran atau kelestarian anak-cucu kita. Maka mulai saat sekarang kita berpikir untuk memberikan warisan yang bermanfaat bagi generasi setelah kita agar mereka juga kelak memikirkan generasi setelahnya.
Semoga kita menjadi manusia yang selalu memikirkan akibat dari perbuatan kita bagi generasi yang akan datang sehingga setiap kali muncul niat untuk melakukan keburukan dengan sendirinya akan tertutup oleh kesadaran kita akan pentingnya masa depan keturunan.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar